Bukan dari Sastra, Bisa Jadi Penulis?

Kumcer horor The Shy

Apakah penulis novel harus dari Fakultas Sastra? Jika ditanyakan pada saya sih, jawaban saya adalah tidak. 

Jadi, apa dong jurusan untuk menjadi penulis novel? Memangnya kalau bukan dari sastra bisa jadi penulis novel? Bagi saya, ya. Untuk menjadi penulis novel tidak harus dari Fakultas Sastra.

Untuk menjadi dokter memang harus dari Fakultas Kedokteran, nggak bisa dari Fakultas Teknik. Untuk jadi pengacara memang harus dari Fakultas Hukum, bukan dari Fakultas Keperawatan. Untuk jadi akuntan ya harus kuliah di Fakultas Ekonomi, bukan FMIPA.

Artinya, ada profesi tertentu yang memang harus berasal dari fakultas yang tertentu pula. Beda halnya dengan profesi seperti penulis, pelukis, atau penyanyi. 

Meski ada Fakultas Sastra, Fakultas Seni Rupa dan Desain, atau Jurusan Musik, kita tetap bisa jadi penulis, pelukis, atau penyanyi tanpa harus kuliah di sana. 

Kita tetap bisa belajar menulis, melukis, dan menyanyi meski kuliah di fakultas/jurusan yang tidak berhubungan, atau malah tidak kuliah

Jurusan yang cocok untuk penulis novel bisa jurusan apa saja. Nggak harus yang berbau sastra atau bahasa. Kita bisa belajar menulis dari buku-buku, workshop menulis fiksi, atau kursus menulis. 

Pilihlah kelas menulis yang kredibel. Pilih mentor yang memiliki rekam karya terpercaya di dunia penulisan. Belajar Menulis pada Ahlinya itu penting banget.


Penulis yang Bukan dari Sastra

Jika ingin menjadi penulis novel ambil jurusan apa? Ambil jurusan apa pun yang menarik minatmu, sesuai dengan passion-mu, dan direstui orangtuamu. Itu aja sih jawaban saya. 

Banyak kok penulis yang bukan dari Fakultas Sastra. Misalnya Ifa Avianty dari Fakultas Teknik UI, Tethy Ezokanzo dari FMIPA ITB, Tria Ayu dari Fakultas Hukum UGM. Tere Liye dari Akuntansi UI. Luna Torashyngu dari FMIPA Unpad. Ceko Spy malah nggak pernah kuliah. 
Saya sendiri dari Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad. 

Di jajaran penulis yang lebih senior, ada Mira W dan Marga T yang sama-sama dokter. Ada Wildan Yatim yang ahli biologi. 

See? Kita bisa kuliah di fakultas apa saja dan tetap menjadi penulis.  

Dengan kuliah di fakultas non-sastra, kita punya wawasan ilmu yang berbeda. Tulisan kita bisa menjadi lebih kaya. Itu bisa menjadi ciri tulisan kita (tapi boleh-boleh aja kok kalau mau menulis yang sama sekali berbeda).

Novel-novel Mira W dan Marga T berlatar belakang FK dan rumah sakit. Jadinya keren, lho. 

Novel-novel saya sih kebanyakan teenlit. Tapi untuk novel-novel yang masuk kategori chicklit, tokoh-tokoh saya berlatar belakang Fakultas llmu Komunikasi. Bisa dibaca di sini nih Tips Menulis Novel Remaja ala saya.

Lily dalam The Reunion adalah alumnus Fikom dan bekerja di majalah gaya hidup Life. Saskia dalam Men Not Allowed juga alumnus Fikom dan bekerja di sebuah kantor kedutaan besar. Amanda dalam Masih Ada Hati Bicara dan Lena dalam Bukan Jilbab Semusim adalah mahasiswi Fikom.

Begitu juga dengan cerpen-cerpen saya (akhir tahun '90-an, majalah Kawanku masih memperbolehkan tokoh utama dalam cerpen adalah mahasiswa semester awal). 

Terus terang saya terilhami oleh Mira W dan Marga T. Mereka dokter dan memasukkan latar belakang mereka ke novel-novel mereka. Saya juga mau seperti itu, tentu saja dengan latar belakang ilmu saya sendiri.

Menjadi penulis novel tidak harus kuliah di Fakultas Sastra.
Beberapa novel karya saya.

Semangat Berkarya

Jadi, kalau kamu bukan dari Fakultas Sastra, kalem aja. Kamu tetap bisa jadi penulis.  Percaya deh, redaktur majalah dan para editor di penerbitan nggak akan rese nanyain kamu dari fakultas apa baru kemudian membaca naskahmu. 

Yang penting, banyak baca, banyak belajar menulis, dan nggak mudah menyerah. Dan mesti selalu diingat: Buat Karyamu Sendiri, Bukan Memplagiat.


Salam,
Triani Retno A

Penulis buku, novelis, editor freelance

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.